Postingan

Tunakarya

Gambar
# bowo : tembang Pocong '''Duh uripku... Rasane dadi wong kampung Rerasane tonggo, saben wayah rino lan wengi Kaya ngene uripku, tan duwe kerja''' *** Jari menari, lembut membelai layar handphone Sorot layar itu terus menghantam wajahnya yang sayu Dunia telah di genggaman, tapi manusia yang terus mendekam Portal portal kerja adalah rumah baginya Bulan yang lingsir, Otak yang terus berpikir Kalud terus menerjang Bak padi yang gagal menjadi beras Nasi adalah angan yang tak lagi mengenyangkan Matahari terbit dengan gagahnya Diiringi merdunya ocehan tetangga Nanyiannya terus terngiang-ngiang Laksana jingle dalam sebuah armada kapal Ia terus berputar tanpa lelah Menambah luka pada semangat yang patah Kicau burung tak lagi merdu Tekanan hidup yang terus memburu                                                            Blora, 20 12 20             Gambar dari instagram @Ndnx_  

Jalan yang basah

Gambar
  Malam ini aku ingin memeluk hujan,  Bersama puisi yang dulu kau tuliskan Ada rintik sunyi yang tersirat, Pun ada sepi yang terseret. Aku menyapa pada kelam Dengan lantang ku berteriak "Selamat malam, kau masih saja hitam" Suaraku serak, sambil menahan isak                                       Blora, 27 Agustus 2020                                   Hujan mengguyur blora malam

Tentang kamu

Gambar
  Mencintaimu begitu berat Seperti cinta petani pada padinya Menanam dan merawat sepenuh hati Namun gagal panen yang di dapat Menyayangi begitu keras Seperti perjuangan sorang nelayan Menerjang ombak di tengah lautan Namun sampah yang terjerat Mengagumi mu terlalu naif Laksana burung elang Yang mengaggumi terumbu karang Di lautan Menyanyangimu begitu menantang Bak perjalanan jauh di iringi hujan  Seiring angin kencang yang terus datang Dan petir menyusul dalam perjalanan                                         Semarang, 6 Desember 2020

Kembang Ronce

Gambar
"Kembang ronce, wurung munggah kuade" Tahukah kau akan lirik itu sayang? Bukankah itu terlalu miris di dengarkan? Ya lirik itu yang menggambarkan saat ini Bunga-bunga yang kita susun bersama Kini bukan aku yang memakainya Kau benar, aku teringat perkataan mu Duri-duri mawar itu telah menusuk relungku Ia mencambik-cambik kenangan Ia mendiami lamunan Ia terlalu ganas dalam penyesalan Ia tak kenal ampun dalam bayangan Sayang, bukankah kau selalu kujaga? Kau yang tak pernah ku "sentuh" Kau yang terus ku agungkan Aku masih terpesona padamu Kemandirian yang menjadi jalan hidupmu Samudra kau sebrangi Gelap malam kau perangi Tidak sayang, aku takkan mati Duri-duri itu takkan membunuhku Racunnya tak lagi berarti Biarkan dia lenyap dalam perjalanan waktu Sayang, sudahlah Jangan kau kenang lagi yang kemarin Bahagialah kau dengan pendampingmu Jadilah seorang istri yang baik Sayang, Jika suatu saat nanti kau berputra Jadilah ibu yang baik

Pena

Pena menari Otak terus memutar Akulah tinta usang Goresanku tak lagi berarti Jerih yang kian payah Raga yang terpapah Jiwa yang kian sayah Cita yang kian melemah Setumpuk kertas ku selami Lembaran yang tak kunjung usai Menyiksa setiap barisan waktu Tertatih, pincang jalannya Jalan belum ujung Persimpangan masih jauh Tali ini masih saja terikat Ia mencekik yang terjerat Jejakku tersapu angin kemarau Panas, pedih, sendu Memekik dalam kehausan Terhenti dalam kesempatan Akulah pena usang Terlupakan, Tak lagi jadi andalan Tempat pulang ketika kehabisan Yang hilang dalam gurauan                                                             Kamal, 23 Januari 2020

Hilang Arah

Angin tak lagi berhembus Kompas ini tak lagi berfungsi Aku pohon yang layu Daunku yang gugur, tubuhku yang tak lagi kokoh Mataku yang buta tertutup kabut Matahari tak pernah menyapa Akarku kini tak lagi kuat Ia tak lagi menjalar dan berusaha lari Gulita ini selalu bergerilya Bayanganku tak lagi setia Dia menghilang saat keterpurukan ku Sunyi selalu menyelinap dalam diam Pelita itu tak lagi datang Dia lenyap di telan malam Fajar tak lagi menyongsong Dia kabur dalam dekapnmu Matamu yang indah selalu menggangguku Alismu yang mempesona selalu terbayang Bibirmu yang ranum selalu terasa lembut di ingatan Mereka selalu hadir dalam mimpiku Semua tersimpan rapi dalam ingatan Terpatri dalam kenangan indah Entah kapan bisa terulang lagi Mungkin nanti, atau tidak lagi Aku sampan di lautan luas Terombang-ambing dalam samudra ingatan Tubuhku terkoyak oleh ombak kenyataan Kurindukan kau, pelabuhanku Hidup di ujung maut Mau di ujung tanduk Semangat ku mati Harapku

Badai di Ambang Pintu

Aku rasa badai itu Sudah menampakan hidungnya dan bersiap membawa apapun yang di lewatinya. Kemarau berkepanjangan akan mewabah dan doa doa suci tak mampu menghentikannya Akan ada rumah tanpa penghuni dan di tinggal pemiliknyo Dan untaian janji itu Kini putus berserakan di lantai Semua terlupakan dan tak berarti Yah begitulah manusia Peltim, 29 Oktober 2019