Balada Secangkir Kopi

Malam semakin larut
Kopi tertuang
Rokok mengebul layaknya awan yang clinton
Dan gelak tawa itu semakin ramai terdengar

Malam malam yang ia lewati
Terasa semakin sunyi
Iya, dia sedang merindukan sebuah nyanyian
Nyayian penghantar tidur

Ia merindukan sosok itu.
Seseorang yang selalu menghibur ketika jatuh dari sepeda dulu
Ia merindukan guru itu
Seseorang yang mengajarkan ia belajar berjalan

Nyanyian itu terus berputar di kepalanya
Ia meringkuk, ia menangis
Ia merindukan semua hal yang tak mungkin terulang

Kopi hitam itu hanya menambah pahitnya hidup
Hitamnya yang pekat, sepekat masa lalunya
Hingga semutpun tak mau mampir
Kopi itu terlalu hina untuk di jamah.

Kopi itu hanya di berteman dengan orang orang yang merindu
Merindu akan suatu hal
Merindu karena masa lalu
Merindu tentang yang tak bisa kembali

Ia meronta ingin menumpahkan
Tapi kopi itu terlalu pekat
Dia tak bisa bergerak sedikitpun
Seperti kaki tangannya terikat.
Tapi kopi itu tetap memliki aroma
Aroma tentang harapan
Aroma tentang angan
Aroma tentang kebahagiaan


Shelter, 17 oktober 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Smart City di Denpasar

Tunakarya

Tentang kamu