Moksa
Mendung itu makin menghitam
Petir itu semakin nyaring gemuruhnya
Angin-angin terus berputar
Musim itu tak lagi datang
Bunga bunga itu terus berguguran
Merintih, menangis, menjerit
mekarnya sudah tidak lagi di harapkan
Harumnya pun tak lagi semerbak
Kumbang berbondong-bondong mengungsi
Ia membawa seluruh janji dan bakti
Semua sirna tak tersisa
Tanah itu kini tandus
Kunang-kunang tak lagi terlihat
Ia sembunyi dari sang malam
Malam tak lagi ramah,
Malam tak lagi mesra
Ia merintih dalam genangan
Genangan yang terlalu panas
Rintihannya membawa duka
Senyumnya kini di paksakan
Petaka itu mungkin akan datang
Ia selalu menghantui
Ia siap menerkam kapan saja
Langkahnya semakin gontai,
Kakinya menyeret terhambat nanah kehidupan
Wdk, 22 Oktober 2019
Petir itu semakin nyaring gemuruhnya
Angin-angin terus berputar
Musim itu tak lagi datang
Bunga bunga itu terus berguguran
Merintih, menangis, menjerit
mekarnya sudah tidak lagi di harapkan
Harumnya pun tak lagi semerbak
Kumbang berbondong-bondong mengungsi
Ia membawa seluruh janji dan bakti
Semua sirna tak tersisa
Tanah itu kini tandus
Kunang-kunang tak lagi terlihat
Ia sembunyi dari sang malam
Malam tak lagi ramah,
Malam tak lagi mesra
Ia merintih dalam genangan
Genangan yang terlalu panas
Rintihannya membawa duka
Senyumnya kini di paksakan
Petaka itu mungkin akan datang
Ia selalu menghantui
Ia siap menerkam kapan saja
Langkahnya semakin gontai,
Kakinya menyeret terhambat nanah kehidupan
Wdk, 22 Oktober 2019
Komentar
Posting Komentar