Pudar

Sekumpulan awan itu mulai hilang
Embun pagi tak lagi basah
Daun daun itu berguguran
Bunga yang merekah kini layu sudah

Air air mulai terjatuh dari singgasananya
Air yang selalu menanti
Air yang berbicara ketulusan
Air yang berbicara kesungguhan
Air mata...

Surga itu kini hanya bayang bayang semu
Memudar seiring langkah kaki menapak
Jejak-jejak itu kini terhapus
Di sapu angin pengingkaran

Sesuatu itu kini saling berdesakan
Ia mencari jalan keluar
Ingin terbebas dan memprotes sang waktu
Ia teraniya, ia tertindas

Sesuatu yang tak bisa di ungkapkan
Sesuatu yang selalu menagih
Sesuatu yang selalu berharap
Sesuatu yang selalu berpangku

Ia menjerit, dan semua hal itu pudar begitu saja
Perjuangannya kini musnah tak berbekas
Semua darah keringat kini telah mengering dan terhempas terbawa panah
Panah dari dewa amor yang selalu menguji
Panah yang membawa asmara
Panah yang membawa sebuah kebohongan dan pengingkaran
Pengingkaran pada diri sendiri...

Kandang kopi 3, 27 Oktober 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Smart City di Denpasar

Tunakarya

Tentang kamu